Nama kecilku Kiki, iya...aku memang familiar dengan nama itu sedari aku kecil. Aku tumbuh dikeluarga yang cukup faham ilmu agama. Bunda berhijab setelah melahirkan adikku yang pertama. Setelah lulus SD aku di sekolahkan di sebuah SMP-IT (Islam Terpadu) yang mewajibkan dan mengajarkan semua muridnya untuk menutup aurat sempurna dan menanamkan ilmu-ilmu agama yang sesuai dengan syariat. Aku sudah menolak karena cita-citaku ya sekolah di SMP negeri dengan seragam lengan pendek dan rok pendek yang menurutku pada saat itu keren banget. Tapi apa daya papa tetep keukeuh menyekolahkan aku di sana.
Tadinya aku cukup kuwalahan dengan sekolah yang jam belajarnya sangat padat ini dan bisa dibilang sehari full pake banget. Semua pelajaran umum dan agama lama-lama jadi rutinitas yang mengasyikkan untukku. Tapi setelah lulus aku melanjutkan sekolah di sebuah SMA Islam yang cukup bergengsi, kebanyakan murid perempuannya memakai jilbab hanya di sekolah saja karena memang seragam kami begitu. Sampai di sekolah SMA yang baru aku bertemu dengan teman-teman baru yang menurutku cukup asing dengan cara berpakaian dan gaya bicara mereka yang lebih ceplas-ceplos kali ya. Kalau aku ke sekolah pakai seragam yang agak longgar dan jilbab menutup dada pasti teman-temanku langsung make over gayaku ini. Mereka bilang bajuku terlalu besar jadi mereka menawarkan diri untuk mengecilkan seragamku agar lebih pas dibadan. Alhasil setelah dikecilkan papaku marah dan seragamku digunting dan dijadikan keset. Uuuh....sakitnya tuh di sini rasanya. Jadilah aku seminggu ke sekolah pakai baju bebas karena pihak sekolah bilang butuh waktu 1 minggu untuk membuatkanku seragam baru yang jumlahnya kurang lebih ada 3 jenis seragam, tapi tidak termasuk baju olahraga yaa...
Di SMA aku hanyut dengan pergaulan yang baru aku kenal, pakai jilbab pun sudah mulai makin ke atas dan tidak menutup dada, poni miringku sengaja ku perlihatkan seperti teman-temanku yang lain. Waktunya bimbel tidak jarang aku pakai untuk jalan ke mall, bioskop atau cafe untuk sekedar nongkrong dengan teman-temanku. Walaupun demikian prestasiku ga turun-turun banget sih dan aku bisa melanjutkan kuliah di sebuat PTN di depok. Di sana aku mulai kost karena jarak kampus dan rumah cukup jauh.
Di kampus gaya berpakaianku hanya dengan celana jeans ketat dan kaos tapi masih pakai jilbab paris yang ukuran mini dan nerawang. Ga jarang pakai celana jeans yang sengaja aku bolong-bolongin di bagian paha dan dengkulnya yang aku rasa waktu itu keren,hehe. Yup, aku kuliah di jurusan technic graphic yang mayoritas temanku laki-laki. Jadi setiap hari pun aku nongkrongnya kebanyakan sama laki-laki. Walaupun di kampus banyak kegiatan islami tapi entah kenapa tidak ada rasa tertarik untuk sesekali mengikutinya. Walaupun malas belajar dan keseringan nongkrong, Alhamdulillah Allah selalu memberiku kemudahan dalam mendapatkan nilai yang baik. Terbukti aku lulus sidang dengan nilai A. Jadi orang tuaku ya baik-baik saja dan lama-lama mulai menerima dengan perubahan penurunan kualitas iman anaknya ini.
Di semester akhir kuliah aku mulai berkomitmen serius dengan seorang teman laki-lakiku yang sebenarnya kami sudah saling mengenal sejak awal kuliah tapi mungkin karena teman dekat laki-lakiku cukup banyak jadi kami baru bisa dekat ketika seorang dosen memberi tugas dan kami berdua 1 kelompok. Orang tuaku pun akhirnya tau kalau anaknya pacaran. Awalnya aku takut karena papa bundaku tidak membolehkan anaknya pacaran tapi mungkin karena waktu itu aku dan pacarku sudah sama-sama bekerja dan pacarku pun sudah menemui orang tuaku, mereka mengizinkan dan langsung ditanya kapan mau nikahnya???nah lho....
Kedua keluarga pun memutuskan akhir tahun kami harus menikah. Ohya, dari akhir-akhir masa kuliah sampai aku bekerja gaya hijabku sudah lebih feminin , ala ala hijabers gaul yang hijabnya digaya-gayain. Dan hampir setiap hari aku diminta memberikan tutorial hijab terbaru kepada teman-teman kantorku di sebuah bank. Selain bekerja di sebuah bank aku juga freelance sebagai model hijab yang menurutku menyenangkan, selain dapet photo bagus dapet duit lebih juga. Ada juga beberapa temanku yang akhirnya memutuskan untuk berhijab karena aku memang mengajaknya berhijab walaupun masih jilbab gaul yang mengedepankan fashion trend saat itu.
Di sini aku tidak menceritakan hubunganku dengan pacarku karena memang fokusnya ga kesitu ya dan kami LDR. Pacarku itu kerjanya keluar kota terus, jadi jarang banget ketemu.
Next, akhirnya aku menikah dengan pacarku itu... sesuai dengan rencana 1 September. Dan itu terjadi dua tahun yang lalu, moment yang bersejarah buat kami karena dengan menikah kami menjadi pribadi yang lebih dewasa. Selang 2 bulan menikah, aku hamil. Padahal rencananya aku mau menunda kehamilan karena merasa belum siap, tapi Allah berkehendak lain. Allah mau aku segera menjadi ibu yang penuh kasih sayang dan ingin suamiku menjadi ayah yang lebih bertanggung jawab dan bijaksana. Sampai saat ini anakku sudah berusia 1 tahun 3 bulan. Namanya sering aku sebut-sebut di blog ini, baby Almair. Anak yang mengubah aku dan suamiku menjadi diri yang lebih bijak,sabar dan penuh kasih sayang.
Seiring berjalannya waktu aku mulai merasa bosan dengan hidup ini, padahal sudah berusaha aku atasi dengan berlibur, main sama teman, hangout bareng keluarga, nonton, atau sekedar makan di luar sambil cari udara segar. Almair juga sudah tambah besar jadi aku putuskan untuk resign dari pekerjaanku dan berniat untuk berkarir di dalam rumah tanggaku ini tentunya menjabat sebagai istri dan ibu yang produktiv...aamiiiin.
Awalnya agak canggung juga dengan rutinitas baru ini, tapi rasa bahagia bisa dekat dengan anak itu memang tak terbayarkan. Setiap hari bisa nyiapin sarapan anak dan suami(walaupun awalnya sering nelponin bunda buat nanya resep), nganter suami berangkat kerja sampai depan pintu dengan senyuman, mulai fokus dengan bisnis ringan, belajar masak, jadi ibu guru juga buat anak sampai akhirnya aku merasa ini lho passion saya. Tsssaaaaah.....
Entah bagaimana awalnya sampai akhirnya aku bergabung dengan group liqo akhwat. Pastinya setiap liqo aku menyesuaikan untuk berpakaian syar'i seperti yang lain walau kalau keluar rumah masih pake jilbab gaul. Aku merasa kelelep kalau hijab syar'i dikenakan di badanku yang kecil ini, rasanya belum sreg dan kurang keren aja. Tapi lama-lama aku merasa seperti sedang berbohong. Akhirnya aku mulai memanjangkan lagi jilbab dan pakaianku + kaos kaki.
Aku sempat merenungkan tentang diriku ini, Allah sudah menjadikanku wanita sempurna...sempurna bagiku karena aku telah memiliki seorang suami dan anak. Berkah yang Allah berikan selalu mengalir pada diriku lewat hal-hal yang seringkali tidak aku sadari. Aku sebenarnya tau kalau tugasku hanya TAAT kepadaNya, tapi kenapa sulit? Aku selalu menunda dan beralasan butuh proses. Tapi bukankah sebuah proses harus ada progres? #JLEB
Aku tuliskan semuanya dalam sebuah buku sambil menitikkan air mata, hati ini cukup sakit rasanya mengingat dosaku yang mungkin tak bisa aku tebus karena minimnya akhlak baikku. Selain itu aku merasa berkewajiban menjadi seorang ibu yang bisa dicontoh anakku kelak. Bagaimana mungkin aku berangan ingin anakku hafidz qur'an kalau ibunya saja belum mau taat sepenuhnya? Bagaimana pantas aku berangan ingin anakku jadi anak shalih kalau ibunya saja tidak mau jadi wanita shaliha? Bagaimana bisa anakku selalu mendoakanku ketika Ia sudah sukses kalau ibunya saja jarang berdoa? Cukup sesak juga rasanya saat aku berfikir seperti itu.
Bismillahirrohmaanirrohiim....
Aku niatkan saat itu juga kalau aku akan merubah diriku menjadi lebih baik, menjadi hamba yang sepenuhnya menghambakan dirinya pada Rabbnya, menjadi hamba yang berusaha lebih taat pada Rabbnya. Jadi di sini yang aku rubah awalnya bukan akhlakku dulu tapi justru penampilanku dulu. Tapi ternyata penampilan baruku ini seperti kendaraan ternyamanku, karena selalu mengantarku kepada kebaikan dan dengan sendirinya akan berhenti ketika hati ini merasa tidak pantas melakukannya dengan hijab yang mengulur seluruh tubuh ini.
Sejauh ini tidak ada kendala yang berarti, dibilang ribet ya pasti ribet karena yang dipakai semua serba panjang, dibilang gerah ya gerah tapi pasti lebih gerah di neraka. Kalau ditanya, kenapa aku harus berhijab syar'i ya Allah?
Allah pasti menjawab, karena dengan hijabmu itu yang akan mengantarkanmu ke surgaKu, dengan pahala berhijab dan dengan pahala bersabar karena kamu ingin taat padaKu.
Aku baru mengerti bahwa Allah mengajarkan arti cinta lewat setiap perintahNya, Allah memuliakan dan melindungi pesona wanita lewat setiap caraNya.
Kalau dengan seperti ini aku bisa mengantarkan papa,bunda dan keluargaku ke surga, tolong berikan surgaMu ya Allah...bantu mereka agar dapat meraih ridhoMu...
Ya Allah...tuntun dan ajari aku tentang istiqomah, agar selalu menjadi hamba yang bersyukur dan tidak pernah mengeluh.
Jaga aku...jaga keluargaku agar tetap mulia ya Allah...
Ya Allah yang Maha Pengasih, sayangiku dengan melebihkan sabar pada hatiku...
Cintai aku dengan menitipkan ikhlas pada setiap langkahku...
Bimbing aku sampai berhenti di depan pintu surgaMu nanti bersama papa, bunda,suamiku,anak-anakku dan seluruh keluargaku...aaamiiiin